Friday, November 6, 2015

[Cerita Relawan] Topan dan Cita-citanya

RumahlebahPAY, Jakarta (6/11) - Pengalaman pertama saat mengajar di Rumah Lebah PAY tergolong baru bagi saya. Namun saya sudah merasa bahwa adik-adik Kampung Muara Bahari adalah keluarga saya.

Ahad, 18 Oktober 2015 adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Mushola Nurul Sa'adah, Jl. Kebon Pisang Kampung Muara Bahari Tanjung Priuk. Hawa terasa begitu panas, khas Tanjung Priuk. Suasana di mushola sudah ramai dan riuh oleh suara anak-anak. Terlihat Kak Tika yang datang lebih awal sedang sibuk mengatur adik-adik, agar kondisinya kondusif untuk belajar. Saya berusaha membantu Kak Tika seraya mengamati, sebab saya belum mengenal dekat adik-adik, dan mereka pun baru melihat saya.

Saat itu, Kak Tika membahas tentang cita-cita. Suasana  yang tadinya tenang, mendadak riuh kembali. Beberapa adik meneriakkan cita-citanya.

"Saya ingin jadi tukang ojek, Kak!"

"Saya tukang antar galon!"

"Saya tukang odong-odong, Kak!"

Masih banyak yang diteriakkan, tapi semua membuat saya tertegun. Betapa impian mereka begitu dangkal. Tak ada satu pun yang bermimpi besar. Hal ini membuat saya membatin, Apakah mereka pesimis dengan hidup mereka? Atau memang keadaan yang menjadikan mereka berpikir tidak akan bisa menjadi orang sukses?

Saya tak tahan mendengarnya, maka saya pun mengambil alih untuk bercerita. Saya menceritakan impian dan cita-cita saya di masa kecil. Terlihat adik-adik menyimak cerita saya dengan khidmat.

Saya berkata, "Adik-adik... Allah itu Maha Besar, anugerahNya pun sangat luas. Jadi, impian kita harus besar, Cita-cita kita harus tinggi. Tidak boleh pesimis! Kita harus percaya diri!"

Saya pun bercerita tentang -cita saya yang baru saja tercapai, yaitu "Pergi Haji selagi Muda". Saya jelaskan bahwa meski saya terlahir sebagai anak yatim dari keluarga yang amat sangat sederhana, keadaan itu tidak menyurutkan impian saya. Setelah mendengar cerita saya, adik-adik mulai berani mengutarakan cita-cita yang mulia dan lebih tinggi dibanding sebelumnya. Kak Tika dengan cekatan segera membagikan kertas yang harus diisi oleh adik-adik mengenai cita-cita mereka.

Setelah kertas dikumpulkan ke
saya, saya pun membacanya. Masya Allah... saya terharu membaca cita-cita mereka yang amat tinggi dan mulia. Tidak ada lagi tukang ojek, tukang antar galon, atau pun kenek odong-odong. Yang tertulis adalah cita-cita menjadi dokter, polisi, pemain sepak bola, guru mengaji dan tentara Allah! Dalam hati saya mengaminkan semua cita-cita tersebut.

Di antara cita-cita tersebut, yang paling menarik hati saya adalah sosok adik yang bercita-cita menjadi tentara Allah. Adik tersebut bernama Muhammad Topan Samudera, berusia sepuluh tahun, kelas 4 SD. Saya pun menanyakan alasan Topan ingin menjadi tentara Allah.

Topan menjawab, "Ingin membela agama Allah."

Hati saya terenyuh mendengar alasannya. Saya pun mencari tahu profil Topan melalui Ibu Susan--guru mengaji mereka. Dari Bu Susan, saya mendapatkan fakta bahwa Topan merupakan anak yatim piatu. Aktivitas kesehariannya adalah berjualan koran di pagi hari dan bersekolah di siang hari. Jatuh hati saya pada Topan. Anak sekecil itu sudah berjuang mandiri di saat anak lainnya bermanja di pelukan orangtua mereka. Bagi saya, Topan dan cita-citanya sungguh LUAR BIASA.

*Rahmah Suciyani Sanuri

0 comments:

Post a Comment